Kamis, 26 Mei 2011

Cerpen//kacamata ajaib//Inden bestarri Benning

KACAMATA AJAIB

"Eh eh, pada tau kan sama yang namanya Melisa anak kelas X-B!!"
"Yang lemot & super males itu ya? Yang kalo lagi jam pelajaran itu bisanya cuman tidur aja kan?" tebak salah seorang siswi yang dari tadi asik dengan Hpnya.
"iya iya, tau gak sejak dia pake kacamata ajaib itu, dia jadi pinter & gak lemot lagi loh, nilai nilai UTS.nya minggu kmaren aja bagus banget, malah sampe masul 10besar lagi"
"ohh yaaa?? Kok bisaa??" sahut 3 remaja yang sedang asik bergosip ria tersebut secara berbarengan, salah satunya adalah siswi yang tadi sibuk mengotak-atik hp.nya.
"Iya, aneh banget kan, padahal dari pertama masuk sekolah dia belum pernah masuk 10 besar, malah nilai-nilai UAS semester kemaren aja banyak yang mesti di remid, tapi sekarang gara-gara dia pake tu kaca mata langsung ngedadak pinter deh" ujar siswi berambut panjang yang dari tadi heboh memulai gosip tentang temannya tersebut.
Ya, kini SMA Harapan Bangsa heboh dengan gosip seorang siswi yang memiliki "Kaca Mata Ajaib". Konon katanya kaca mata itu bisa membuat orang yang memakainya menjadi pintar. Pemilik kaca mata itu kini duduk di bangku kelas 1 SMA, Melisa Anggraeni, siswi yang terkenal dengan sikap malas dan hobi kesiangannya kini berubah 180 derajat. Ia yang dulu dijuluki "Miss. Loading" oleh teman-temannya karna kemampuan berfikir dan menghafalnya sangat buruk kini tiba-tiba bisa masuk peringkat 10 besar di sekolah semenjak berkaca mata.
Berita heboh itu berawal 1 minggu yang lalu ketika pengumuman hasil ujian tengah semester siswa kelas 1 SMA harapan bangsa dipampang di mading sekolah. Nama Melisa Anggraeni tiba-tiba saja terpampang pada urutan ke 8 dan berhasil menggeser beberapa siswa yang biasa bersaing menduduki peringkat tersebut. Cibiran serta tatapan sinis para siswa menghujani Melisa, banyak yang berfikir negative tentang keberhasilannya hingga tersebar rumor bahwa ada sihir atau semacam ilmu hitam dibalik kaca matanya tersebut.
Bagaimana tidak, semenjak berkacamata 3bulan yang lalu, sifatnya berubah drastis. Ia yang biasa datang kesiangan kini selalu datang tepat waktu, pekerjaannya dikelas yang biasa diisi dengan kegiatan tidur dibangku paling belakang kini berubah menjadi rajin memperhatikan pelajaran dan gesit dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Ketika salah seorang teman yang merasa heran dengan perubahan sifatnya tersebut bertanya, dengan enteng dia menjawab "Ini karna kacamata ajaib" sambil tersenyum misterius.
*****
Pagi ini kelas X-B diributkan dengan sebuah berita kehilangan. Melisa yang baru beres berganti pakaian sehabis pelajaran olah raga tiba-tiba panik karna kacamatanya hilang.
"Kamu yakin tadi kacamatanya disimpan d sini mel?" tanya ikhsan sang ketua kelas sambil mencoba kembali mengecek isi tas melisa
"ia aku yakin, tadi sebelum olah raga kacamatanya aku simpen di tas, tapi kok daritadi aku cari malah gak ada" jawabnya dengan nada panic
"wahh, kaca matanya kabur kali, jalan sendiri keluar dari tas, kan kacamatanya ajaib" celetuk salah seorang siswi dari bangku belakang. Melisa yang sedang merasa kesal langsung membalas perkataan temannya dengan lirikan tajam, membuat temannya bergidik ngeri.
"Ya udah lah, nanti kapan-kapan dicari lagi aja, sekarang kita ngerjain dulu tugas dari Pak Mardi, soalnya mesti dikumpulin lagi sekarang" ujar Reina yang menjabat sebagai seksi pendidikan dikelasnya secara tiba-tiba ketika mendengar teman-temannya sibuk mencari kaca mata tersebut.
"yahh, gak bisa gitu dong Rei, kalo kacamatanya gak ketemu aku gak bakal bisa ngerjain tugas!" tukas Melisa dengan sedikit emosi.
"waah, berarti bener ya kalo tu kacamata emang ada sihirnya, nih ya kalo emang kamu pinter beneran, tanpa kacamata itu juga pasti bakal tetep bisa ngerjain tugas-tugas sekolah dong!" ujar Reina sambil tersenyum licik dengan nada yang tak kalah tinggi.
Melisa yang mulai merasa geram dengan ucapan temannya tersebut serta tatapan sinis anak-anak lain akhirnya mengalah dan berlari keluar kelas. Ia mencoba menenangkan dirinya diluar kelas.
*****
Tiga hari berlalu semenjak kejadian hilangnya kaca mata ajaib itu terjadi, melisa kembali mendapat nilai-nilai yang buruk, konsentrasi belajar dikelasnya pun sangat turun drastis, banyak guru yang menegurnya karna perubahan sikap tersebut.
"Gimana Rei, udah kamu coba tu kacamata? Beneran bisi bikin kita ngedadak pinter gak?" bisik salah seorang siswi yang sedang duduk disudut kelas.
"ahh, apaan, gak ngaruh tuh, dari kemaren-kemaren aku coba tapi tetep aja gak ada efek apapun, kemaren pas ulangan fisika aku coba pake tu kacamata tapi tetep aja aku gak bisa ngerjain tu soal-soal" jawab orang yang dipanggil Rei tersebut.
"terus gimana dong? Apa kita balikin aja sama yang punyanya, lagian gak kebukti kan kalo tu kacamata punya kekuatan magic" bisik siswi lain yang berambut panjang sambil mencoba meneliti "Kacamata Ajaib" yang dimaksud.
"ahh, jangan gila kamu Ri, kalo tu kacamata kita balikin nanti dia jadi pinter lagi, emang kamu mau apa dia terus-terusan ngegeser kedudukan kita di peringkat 10besar". Jawab Reina yang langsung diamini oleh teman sebangkunya yang bernama Agnes.
"ia bener, biasanya kan Reina yang dapet peringkat 8 & aku yang di peringkat 9, tapi sekarang dia dengan seenaknya ngegeser posisi kita, ia gak Rei". Ujar Agnes sambil memandang ke arah Reina dan Riri secara bergantian.
Ketiga siswi itu kini sibuk memperhatikan kacamata yang sebenarnya terlihat biasa-biasa tersebut. Kacamata tebal dengan frame berwarna biru tua itu dipandangi secara bergantian oleh mereka, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjawab keheranan mereka.
"aahh, apa mungkin ada cara khusus supaya magic yang ada dalam kacamata ini bisa bekerja & bener-bener berfungsi". Gumam agnes yang dari tadi mencoba berfikir keras memecahlan misteri kaca mata ajaib tersebut.
"Iya kali ya, ahh udah ahh, lama-lama liat tu kacamata jadi pusing banget tau, mata malah jadi perih nih & rasanya jadi mual banget deh". Jawab Riri yang tadi mencoba memakai kacamata tersebut.
Tiba-tiba bel berbunyi, menandakan bahwa jam istirahat telah berakhir, satu per satu teman-teman sekelas mereka mulai memasuki kelas. Ikhsan yang duduk berdekatan dengan bangku Reina & Agnes tiba-tiba menghampiri bangku mereka dan mengamati benda yang tergeletak diatas meja mereka berdua.
"Ehh, itu bukannya kacamata Melisa yang ilang 3hari yang lalu ya?". Ujar ikhsan dengan suara yang lumayan keras. Melisa yang merasa namanya disebut-sebut langsung melirik ke arah sumber suara dan mendekati mereka. Ia yang mendapati kacamatanya dipegang oleh Reina langsung menyambarnya dan kembali memakai kacamata tersebut sambil berkata "Iya bener, ini kacamata aku yang ilang, kok bisa sama kalian sih?". Ucap Melisa sambil menyernyitkan dahinya dan memandang curiga ke arah Agnes & Reina. Teman-teman sekelasnya yang merasa penasaran langsung berkumpul dan tanpa aba-aba langsung membentuk kerumunan kecil.
"Apaan, bukan kok, itu kacamata baru aku. Emang cuman kamu aja yang punya kacamata kayak gini. Nggak kan, coba tanya aja sama Riri & Agnes. Bener kan Ri, Nez?". Ucap Reina dengan sedikit gelagapan yang langsung diamini dengan anggukan dari kedua temannya.
"Nggak, ini beneran punya aku, jelas-jelas di frame sebelah kirinya ada ukiran huruf M yang berarti inisial nama aku". Jawan Melisa sambil menunjukan ukiran huruf tersebut.
Tiba-tiba kelas menjadi gaduh dengan perebutan kacamata tersebut. Selang beberapa menit kemudian datang sang wali kelas yang langsung berkaca pinggang melihat kelakuan anak didiknya. Seketika kelas langsung hening. Pak mardi yang merupakan wali kelas X-B tersebut langsung mendekati bangku Reina & Agnes.
"Ada apa ini?". Tanya Pak Mardi dengan suara bassnya yang khas.
"itu pak, kacamata aku yang ilang 3hari yang lalu ada sama mereka". Ujar Melisa sambil
menunjuk ke arah Reina, Agnes dan Riri.
"Bener begitu Rei?". Tanya Pak Mardi sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Emm, anu Pak, kita sebenernya cuman mau ngebuktiin sama yang lain kalo kacamata yang dipake Melisa itu bener-bener ada sihirnya Pak". Jawab Agnes sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Maksudnya??". Ujar Pak Mardi yang merasa bingung dengan ucapan anak didiknya.
"Iya pak, jadi melisa tu maen sihir pak, dia nempelin mantra-mantra dibalik kacamatanya supaya bisa ngedadak pinter!". Ucap Reina dengan wajah serius.
"Bener Pak, itu udah kebukti kok, liat aja Pak sekarang Melisa tanpa kacamatanya jadi balik lagi kayak dulu, lemot & bego juga males. Tadi pagi aja dia datang kesiangan lagi. Itu pasti gara-gara kacamata ajaibnya gak ada."
Murid-murud lain yang merasa heran langsung memasang tatapan penuh tanya pada Melisa. Sebaliknya yang ditatap malah cengar-cengir gak jelas. Merasa geli dengan tingkah teman-temannya.
"Bener begitu Melisa? Apa bener kacamatanya ditempelin sihir?" ujar pak mardi sambil menatap melisa. Yang ditanya masih saja memasang senyum geli.
"Ahh, udah deh ngaku aja, dulu juga aku pernah nanya kok sama dia dan dia langsung jawab kalo dia ngedadak pinter gara-gara kacamata ajaib itu!" ujar Agnes sambil tersenyum licik namun dibalas dengan tatapan sangar sang wali kelas.
"Yang bapak tanya Melisa, bukan kamu Agnes." ucap pak mardi sambil melotot sadis. Yang dipelototi mencoba memasang senyum ngeri.
Kini Melisa mulai angkat bicara.
"Gini pak, sebenernya mata saya ini rabun & udah parah banget. Dulu saya sering dapet nilai jelek & susah konsentrasi pas belajar soalnya pandangan mata saya gak jelas, mana saya duduk dibelakang lagi. Terus kalo dirumah juga jadi males baca & belajar, soalnya bawaannya pusing terus karna rabunnya emang parah banget. Saya juga jadi sering kesiangan karna tiap bangun pagi pandangan mata saya kabur banget & itu bikin saya ngelakuin banyak kecerobohan. Tapi itu semua langsung teratasi waktu saya ikutin kata dokter yang nyuruh saya pake kacamata ini" ujar Melisa panjang lebar.
"lohh, kok bisa??" ujar teman-teman sekelasnya secara kompak.
"hhehe, ya bisa lah, gara-gara pake kacamata yang bisa nanganin mata saya yang minus ini, sekarang pandangan mata saya jadi gak kabur lagi. Saya jadi lebih fokus merhatiin pelajaran dikelas, saya juga jadi semangat belajar & baca buku dirumah plus ngerjain PR karna udah gak pusing lagi tiap liat buku pelajaran. Alhasil nilai-nilai saya juga jadi bagus! Makanya saya sebut ini Kacamata Ajaib, soalnya bener-bener bantu penglihatan saya. Begituu!!" jawab Melisa sambil tersenyum bahagia.
"oohh, ," jawab teman-teman lain secara bersamaan. Sementara Reina, Agnes & Rir yang merasa malu karna berfikir negative tentang "Kacamata Ajaib" itu hanya tersenyum tipis sambil menggaruk-garuk telapak tangannya.
Pak Mardi yang mengerti tentang inti permasalahannya mulai tersenyum dan menberiakn amanat pada anak didiknya agar tidak berfikir negative tentang keberhasilan seseorang dan berharap kejadian konyol tersebut tidak terulang. Melisa yang merasa geli dengan tingkah laku teman-temannya hanya tersenyum dan kembali ke bangkunya sambil mencoba membersihkan
"Kacamata Ajaibnya".
"Bener-bener kacamata ajaib" ujar Melisa dalam hati.

Angel Voice in My Dream

Ehhmm, ehhmm...
ini cerpen aku yang kesekian, tapi juga cerpen pertama yang aku publish di account pribadiku.
soo, buat yang mau baca, diharap komentarnya ya..
gomawoo
^.^v

---------------------------------
chek this out!!




Angin malam berhembus begitu kencang dan mulai meprmainkan ujung rambut seorang gadis cantik yang memakai dress blue shappire tanpa lengan tersebut. Sesekali gadis itu mengusap-usapkan kedua telapak tangannya agar sedikit mengurangi rasa dingin yang begitu menusuk-nusuk hingga ke tulang rusuk.

Ia berdiri di tengah-tengah jembatan tua yang begitu sepi namun tampak indah & menyenangkan. Bintang-bintang bertebaran diatas langit seakan hadir tuk ikut semarakan keindahan malam tersebut, bersama dengan bulan sabit yang melengkung begitu indah dan membentuk sebuah senyuman. Sejenak ia coba hirup udara segar malam hari itu, namun tiba-tiba terdengar suara merdu yang dipadukan dengan petikan gitar yang begitu apik. Ia coba berjalan mencari dimana asal suara merdu tersebut hingga langkah kakinya membawa ia pada suatu taman indah yang dipenuhi berbagai bunga yang sedang bermekaran. Ia melihat sesosok pria membelakanginya duduk disebuah bangku sambil melantunkan sebuah lagu yang bergitu merdu dengan petikan gitar ditangannya. Ia mencoba dekati pria itu namun tiba-tiba si pria berhenti bernyanyi dan berkata "Aku slalu ada di dekatmu & slalu bisa rasakan kehadiranmu, namun sebelum ke eogisan mu pergi jauh, maka untuk selamanya kamu takkan pernah bisa kenali aku"

Kemudian laki-laki itu berlalu tanpa menoleh sedikitpun ke arah si wanita.

"ttuu. . .tu. .tunggu!!" cegah si wanita, namun tiba-tiba. . .

Bbruukk. . .

Aauuww, , ,

"aishh, sial!! Mimpi itu lagi" rutuknya dalam hati.

Ia coba melirik jam yang berada disampingnya, jam tersebut menunjukan pukul 02.35. Ia kembali menghela nafas panjang, mencoba kembali memejamkan matanya.

*****

Tok tok tok, ,



"Retta, bangun sayang, hari ini kan acara perpisahan di sekolah kamu, jadi mesti siap-siap lebih awal dong, ayo bangun" teriak seorang ibu paruh baya sambil coba menggedor kamar anak kesayangannya.



Ckleekk. .



Pintu kamar terbuka, namun tepat seprti dugaan sang ibu, si pemilik kamar masih tertidur pulas diatas tempat tidurnya.

"hey, ayo bangun, anak gadis kok bangunnya siang terus, ini udah jam setengah 7 loh sayang, kalo tidur terus kayak gitu kamu bisa telat datang ke acara perpisahannya loh" sang ibu berusaha membangunkan anaknya sambil menarik selimbut yang menutupi tubuh sang anak, namun si anak malah balik menarik selimbutnya dan mencoba menutupi badannya sambil berkata "Aku gak usah dateng aja ya mah, lagian acaranya juga gak penting penting amet kok, temen-temen juga gak bakalan ada yang nyadar kalo aku gak dateng"

"ehh, mana bisa gitu, udah sana bangun terus mandi yang bersih, langsung sarapan, mamah udah siapin baju yang ntar kamu pake kok, gak usah ke salon aja deh, biar mamah yang dandanin, gini-gini juga mamah jagonya kalo masalah danda doang mah" ucap sang ibu panjang lebar sambil menarik tangan sang anak agar segera bangun.

"iya deh iya, bentar ya, retta ngumpulin nyawa dulu, 5menit aja" ucap sang anak sambil mengucek-ngucek matanya.

Ia coba membenarkan posisi duduknya sambil mencoba memijit-mijit kepalanya yang tersasa berat. Bagaimana tidak, gara-gara terbangun dari mimpinya tersebut ia tak bisa memejamkan matanya hingga hampir subuh tadi. Ia mencoba kembali mengingat-ngingat mimpinya, namun makin di ingat kepalanya malah terasa makin pusing. Ia coba meraih gelas berisi air putih dimeja belajarnya&langsung meneguk air tersebut, berharap rasa pusing itu sedikit menghilang.

Dengan rasa malas akhirnya ia beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi.

*****



Pagi ini suasana SMA Setia Bhakti agak sedikit berbeda. Suasana yang cukup ramai namun bukan ramai oleh para siwa-siswi berputih-abu ria. Kali ini sekolah ramai oleh para siswa-siwi yang telah siap menyambut masa depan yang lebih cerah, siswa-siswi kelas 3 yang kini akan segera menerima gelar alumnus.

Para remaja ini ikut merayakan kelulusan mereka di acara perpisahan dengan menggunakan dress berwarna putih bagi para wanita dan jas berwarna hitam bagi para pria. Semua terlihat begitu cantik&tampan, terlihat guratan bahagia diwajah mereka, namun tidak bagi Elvareta, siswi kelas 3 yang terkenal pintar namun sombong tersebut.

Ia terlihat turun dari mobil hitam metaliknya. Ia menggunakan dress selutut berwarna putih bersih dipadukan dengan high heels dengan warna senada. Polesan make up yang minimalis terlihat begitu cocok diwajah imutnya yang menurut banyak orang terlihat sangat mirip dengan artis korea bernama park shin hye. Berbeda dengan siswa-siswi calon alumnus lainnya, ia terlihat begitu murung dan tak nyaman. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan cara menarik nafasnya secara perlahan, kemudian ia mencoba melangkah memasuki gedung sekolah dengan self confident yang begitu tinggi.

"eh eh, liat tuh, Miss. Perfect kita, cckckcck gayanya bikin gue pengen mual, mentang-mentang pinter, kaya, cantik& punya segala yang cewek-cewek remaja pengenin dia jadi sombobg gitu" bisik salah seorang siswi ketika meliha Retta berjalan menuju gedung sekolah.

"hhaha, iya so perfect banget sih tu orang, mentang-mentang dari kelas 1 slalu jadi juara umum&punya muka oriental gitu terus dia jadi gak mau gaul sama kita-kita. Hah, kasian banget deh tu idupnya, sekolah 3taun tapi gak pernah punya 1teman pun" bisik siswi yang lain. Sebenarnya bisikan itu lebih cocok disebut sindiran karna bisa terdengar jelas oleh telinga Retta, namun ia tak ambil pusing, ia hanya mendelikkan bola matanya dengan tatapan yang begitu tajam, membuat anak-anak yang tadi membicarakannya bergidik ngeri.

Ia sadar bahwa perkataan teman-temannya tadi memang benar adanya. Ia memang siswi dengan kepintaran diatas rata-rata anak SMA lainnya, ia juga terkenal dengan kecantikan dan kekayaannya, kata-kata "Miss Perfect" sudah tak asing ditelinganya. Ia juga menyadari bahwa selama 3tahun bersekolah ia tidak mendapatkan 1orangpun sahabat karna sifatnya yang begitu dingin terhadap orang lain. Ia tak pernah bisa membuka hatinya untuk sekedar berteman dengan orang lain karna ia menganggap orang-orang yang berusaha mendekatinya hanya ingin memanfaatkan kepintaran dan kekayaannya, sama seperti ketika ia berada di bangku SMP.

Ia mencoba menepis bayang-banyang menyedihkan masa lalunya juga coba mengacuhkan pembicaraan orang-orang disekitarnya yang terus menerus membicarakan sifat buruknya. Ketika ia masuk ke gedung sekolah tersebut, ia kembali dihujani oleh tatapan sinis para siswa. Ia berusaha tetap acuh meski sadar bahwa kini dirinya sedang menjadi pusat perhatian anak-anak.

Sebenarnya keadaan seperti ini sangat ia benci. Kadang ia berfikir untuk pergi jauh dari sekolah tersebut, namun fikiran itu selalu buru-buru ditepisnya ketika bayangan laki-laki dalam mimpinya yang begitu sering menghiasi malam indahnya itu hadir. Laki-laki yang slalu menyanyikan sebuah lagu dengan petikan gitar yang amat menyejukan jiwa. Meski tak pernah melihat secara jelas raut wajah lelaki tersebut namun entah kenapa ia memiliki keyakinan bahwa laki-laki dalam mimpi itu merupakan sosok yang nyata yang ada disini, didekatnya&satu sekolah dengannya.

3tahun sudah ia berharap bisa menemukan sosok pria yang ia sebut "my angel voice" tersebut, kini keyakinannya yang begitu kuat mulai goyah, ia begitu lelah selama 3tahun berharap&mencari angel voice yang mampu sita perhatiannya. Tak ada 1hal pun yang dapat jadi petunjuk tentang keberadaannya, hingga kini ia telah sampai pada acara kelulusan.

Kini ia mencoba memasang kembali senyum penuh percaya dirinya yang menurut irang lain terlihat sebagai sebuah senyuman keangkuhan.

Ia mencoba untuk tidak memperdulikan tatapan&fikiran negatife orang lain yang tertuju padanya.

"hmm, nikmati saja, untuk yang terakhir kalinya" gumamnya pada diri sendiri. Ia kini mencoba duduk di bangku tamu yang telah disediakan oleh para panitia, ia sengaja duduk di jajaran paling belakang agar ia lebih leluasa untuk pergi keluar ketika ia mulai merasa bosan.

Ia melirik jam ditangannya, waktu menunjukan pukul 13.20, berarti acara sudah berlangsung lebih dari 4jam. Rasa bosan mulai menghampiri dirinya yang lebih dari 4jam hanya duduk termenung dan sesekali membalas sapaan teman-temannya yang terlihat sangat basi. Kebosanan tersebut akhirnya menuntunnya untuk berjalan menuju taman belakang sekolah.

Sesampainya ditaman belakang sekolah, ia mencoba duduk santai dibawah pohon yang berdaun cukup rindang. Semilir angin mencoba permainkan rambutnya yang tergerai. Tanpa terasa rasa kantuk mulai menyerangnya dan membuatnya memejamkan mata untuk sesaat.

Selang beberapa menit ia kembali terbangun, ia mendengar petikan gitar&suara yang begitu merdu yang sudah tak asing lagi di telinganya. Ia mencoba mempertajam pendengarannya. Tanpa terasa tiba-tiba butiran-butiran hangat mengalir di pipi chubby.nya. Ia mencoba berlari menuju asal suara itu berada. Ia yakin itu adalah suara angel voice.nya yang slama ini slalu hadir dalam mimpinya. Ia berlari menyeruak kerumunan orang-orang yang menghalangi pandangan matanya, namun tiba-tiba suara merdu itu menghilang dan berganti menjadi suara tepuk tangan yg begitu meriah. Seketika ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah panggung, namun sosok tersebut tlah hilang, hanya ada kursi&gitar diatas panggung sana.

"sorry, yang tadi baru beres perfom siapa ya??" tanyanya pada salah seorang siswi yang sedang berbincang-bincang dengan temannya.

"oh, yang tadi nyanyi ya, itu reza anak xii ipa 1"

"hah, Reza ketua clube sains kah??" Retta kembali bertanya untuk mencoba menyakinkan

"ia Reza yang itu. Emang kenapa?" tanya siswi tersebut. Namun Retta lebih memilih berlari mencari angel voicenya tersebut dan mengabaikan pertanyaan dan rasa heran temannya tersebut.

"Tuhan, aku mohon dengan sangat untuk kali ini, bantu aku temukan pria itu tuhan" gumamnya dalam hati. Entah mengapa tiba-tiba kata hatinya berbisik dan menuntunnya menuju taman belakang sekolah. Ia seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat kini. Sosok tubuh yang tegap dengan gitar dipangkuannya menyanyikan sebuah lagu yang begitu merdu, lagu yang slalu ia dengar dalam mimpi indahnnya.

Tiba-tiba sosok itu berhenti bernyanyi, ia membalikkan badannya dan berjalan mendekati Retta yang berdiri mematung.

DEG, ,

"benarkah ia sosok yang selama ini ku cari?? Benarkah sosok yang ku cari tersebut adalah orang yang selama ini slalu berusaha ku hindari dan ku benci" gumamnya dalam hati.

Ia mencoba mundur teratur, tangannya&seluruh badannya bergetar hebat. Kini ia seakan tak percaya dengan kenyataan yang ada dihadapannya.

Kepalanya terasa berat, ia mencoba untuk tetap tenang dihadapan pria tersebut. Ia masih tak percaya, orang yang selama ini menyita perhatian dalam alam mimpi dan alam nyatanya kini berada di hadapannya. Dan ternyata orang tersebut adalah seseorang yang selalu berusaha ia benci dan hindari karna orang tersebut terlalu banyak tahu tentang masalalunya yang begitu menyedihkan.



Flash back (4tahun yang lalu)

"hei hei, tau gak katanya si Elva yang jelek kayak kuntilanak itu liburan kemaren oplas loh, terus sekarang katanya dia mau pindah sekolah!!" ujar seorang siswi berambut panjang di depan kelas, seolah memberikan pengumuman penting pada seluruh isi kelas.

"wahh, masa sih? Elvaretta maksudnya? Yang di pipi kirinya ada tanda lahir aneh segede piring itu?" tanya salah seorang siswi yang duduk dibangku paling depan.

"iya si Elva yang itu, kata mama aku kemaren dia udah jadi cantik, tanda lahirnya udah hilang dioplas, terus katanya dia juga mau pindah sekolah biar nantinya gak ada yang tau kalo dulunya dia jelek" jelas seorang siswi yang dari tadi berdiri di depan kelas. Suasana kelas tiba-tiba menjadi tambah heboh dengan gosip baru itu, tiba-tiba seorang siswi berkepang dua berlari dari luar menjuju kelas sambil berkata

"wooii smuanya liat deh, itu si elva kok jadi cantik gitu, tapi dia jadi keliatan belagu banget, tadi aku denger dia kesini mau ngurus surat kepenidahan sekolah sama mamanya" kata siswo tadi sambil menunjuk ke arah ruang kepala sekolah lewat jendela kelas. Sontak semua siswa-siswi berdiri dan mengalihkan pandangannya ke arah yang dituju, pandangan meremehkan terlihat dari sorot mata mereka.

Tiba-tiba seorang siswa yang daritadi hanya duduk mendengarkan percakapan teman-temannya itu berlari keluar kelas menuju ruang kepala sekolah.

"Elva, tunggu!!" teriak siswa tersebut

"Reza, ngapain? Mau ikut ngeledekin aku lagi, hah?? Udah ya aku cape, aku gak mau kenal sama kalian lagi!" jawab seorang wanita yang berdiri di depan pintu gerbang sekolah menengah pertama bersama ibunya.

"Elva kok kamu gitu sih? Kita kan udah janji bakal jadi temen baik&saling nerima segala kekurangan&kelebihan kita" ucap siswa yang bernama reza tersebut dengan mata berkaca-kaca.

"BODO, aku udah gak peduli lagi&gak percaya sama semuanya, mulai sekarang anggep aja kita gak saling kenal"

"Elva jangan pergi, kalo kamu pergi, siapa lagi yang bakal nemenin aku nyanyi sambil main gitar" teriak Reza sambil berusaha mencegah sahabat kecilnya itu pergi, namun semua percuma, yang dicegah tetap tak menggubris perkataan temannya.

Flash Back End.



"Elva" gumam lelaki yang kini bangkit dari tempat duduknya dan berusaha mendekati orang yang ada dihadapannya tersebut.

"Jangan panggil aku pake nama itu lagi, Elva udah mati, Elva yang buruk rupa&sering dimanfaatin sama temen-temennya udah gak ada. Aku Retta, bukan Elva" jawabnya dengan nada bergetar.

"Elva kamu gak harus kayak gini, dari dulu sampe sekarang aku tetep suka sama kamu, tapi jujur aku lebih suka sikap kamu yang selalu tampil apa adanya kayak 4taun yang lalu"

"4tahun yang lalu? Hah, bohong!! Kamu sama semua temen-temen SMP tu sama aja, sama-sama tukang bohong, sama-sama suka ledekin aku, manfaatin kepinteran aku&morotin uang aku. Pokoknya kamu sama aja sama mereka" teriak Retta dengan penuh amarah.

"Terserah kamu Va tap. . ."

"stoopp, jangan deketin aku lagi dan jangan panggil aku Elva, aku Retta, buka Elva, aku benci dipanggil Elva. Ngerti!!" teriak Retta memotong pembicaraan Reza dan menyuruh untuk berhenti mendekatinya. Seluruh tubuh Retta kini dipenuhi oleh keringat dingin, badannya gemetar, ia benci panggilan itu, panggilan yang mengingatkannya pada kenangan pahit dimasa lalu, masa dimana ia sering mendapat caci&makian dari teman-temannya.

"oke Retta, aku gak bakalan sebut nama itu lagi, tapi mohon dengerin omongan aku, please, dulu bukan maksud aku buat ikut ngerendahin kamu Tta, tapi aku cuman pengen kamu gak ngelakuin perubahan besar kayak gitu hanya demi dapet pengakuan dari orang-orang disekitar kamu. Tolong balik lagi kayak Retta yang dulu, lepasin segala rasa ego&kesombongan kamu, karna itu semua bisa ngehancurin kehidupan kamu sendiri Tta"

"kalian semua yang udah maksa aku buat berubah kayak gini, dan maaf, ini aku yang sekarang&selamanya" jawab Retta sambil berusaha menahan isak tangis, ia kemudian berbalik&lari menuju parkiran.

Fikirannya kacau balau, rasa emosi kini menguasai dirinya, ia buka pintu mobilnya secara kasar, seketika ia masuk kedalam mobilnya dan tancap gas, melajukan mobilnya sekencang mungkin. Tanpa fikir panjang Reza yang dari tadi berdiri mematung berusaha mengejar Retta dengan motor sport hitamnya. Reza menjalankan motornya dengan kecepatan penuh

Jalan raya hari ini terlihat cukup ramai, Retta menangis sejadinya dalam mobil, menyesali keinginannya untuk bisa bertemu dengan sosok angel voice tersebut, menyesali kenyataan bahwa ia tlah jatuh cinta pada angel voice yang selama 4tahun ini slalu ia hindari&benci. Ia mencoba melihat kebelakang lewat kaca spionnya, terlihat reza yang semakin dekat dengan mobilnya, ia berusaha melajukan mobilnya sekencang mungkin agar terhindar dari kejaran Reza. Namun tiba-tiba ia hilang kendali, mobilnya keluar jalur dan hampir menabrak truk besar dari arah yang berlawanan, seketika ia membanting stirnya ke arah kiri agar terhindar dari tambarakan tersebut, namun tiba-tiba motor sport hitam milik Reza terlihat melaju dengan cepat, si pengendara motor terlihat hilang kendali dan menghantam truk besar yang tadi hampir bertabrakan dengan mobilnya

BBRAAKKK!!!

Suara hantaman terdengar begitu kencang, Retta melirik kearah belakang dan melihat sosok orang yang ia sayangi tergeletak bersimbah darah. Ia berlari menuju tubuh yang berlumuran darah tersebut. Disandarkannya kepala yang bersimbah darah itu pada pangkuannya. Kini dress putihnya dipenuhi oleh cairan merah pekat dan segar yang mengalir dari kepala Reza. Ia menangis tertahan

"kamu gak bisa pergi secepat ini Za, kamu gak bisa ninggalin aku sendirian kayak gini, kamu mesti bantu aku ngerubah semua sifat buruk aku ini. Bangun Za, bahkan kamu belum sempet nyanyiin satu lagu yang dulu pernah kamu janjiin buat aku. Reza banguunnn!!!" teriaknya pada sosok yang kini terkulai lemas dan bersimbah darah.

*****

Sore hari ini awan terlihat begitu mendung, sesosok gadis dengan dress hitam tanpa lengan terlihat tengah duduk bersandar pada pohon besar dan rindang, matanya terpejam namun butiran mutiara bening yang hangat mengalir dari pelupuk matanya. Terlalu lelah berdiri seharian didepan gundukan tanah dengan batu nisan yang masih terlihat baru dan taburan bunga yang masih segar membuatnya sedikit terlelap dibawah teduhnya pohon besar itu.

Mimpi itu kembali menghampirinya, mimpi dimana ia mendengar lantunan merdi sebuah lagu yang di iringi oleh petikan gitar yang tak asing lagi baginya. Seketika ia berjalan mendekati sosok yang sedang bernyanyi itu, namun sosok itu tiba-tiba berhenti bernyanyi dan membalikan badannya menjadi berhadapan dengan Retta.

"Jangan berhenti, terus bernyanyi dan bawa pergi serta hancurkan rasa egois dalam hatiku dengan nyanyian indahmu, meski hanya dalam mimpi."